Wednesday, November 21, 2012

Hujatan Para Penghuni

Mereka berteriak lagi. Suaranya makin meninggi. Menyiutkan hati, mengakibatkan penyesalan dalam diri. Hujatan protes mereka datang bertubi - tubi. Seolah ingin keluar dari belenggu derita. Seolah ingin terbebas dari penjara ketidakpastian.

"Keluarkan kami! Keluarkan kami!" teriakan itu nyaris setiap hari kudengar setiap aku mengintip ke bilik - bilik tempat peristirahatan mereka. Aku menatap mereka dengan nanar. Ada sedikit penyesalan yang menyelinap. Namun tetap saja, itu tak membantu mereka. Kerelaan hati tak kunjung mengalahkan hasrat keinginan yang membara.

"Bebaskan kami! Jangan biarkan kami disini selamanya. Izinkan kami ikut bebas menghirup aroma dunia yang kau pijaki." mereka berceloteh kembali. Tapi, aku tetap saja menatap mereka dalam diam. Dahiku mengerut hingga tiga lapisan berusaha menemukan ide briliant.

Lima menit..
Tujuh menit..
Aku masih terpaku memandang wajah - wajah mereka. Di setiap blok kamar tempat mereka singgah, tampak pancaran wajah mereka sama. Dari wajah mereka tercium aroma kekecewaan.

"Jangan sia - sia kan kami! Jangan acuhkan kami! Ingatkah engkau saat pertama kali membawa kami kemari? Ingatkah engkau bahwa pada akhirnya kami menjadi sia - sia disini?" Kasak - kusuk hujatan mereka membuat gendang telingaku ingin pecah.

Aku berlari menghempaskan tubuhku ke ranjang, lalu menoleh ke sebuah shopping bag berukuran besar yang sedaritadi aku letakkan disana. Kutatapi isi didalamnya. Kemudian aku berpaling menatapi mereka. Masih tampak kondisi yang sama. Mereka terpaksa berdesakan dalam bilik - bilik itu sembari tetap menampakkan kekecewaan.

"Sudah tau disini kami penuh sesak, sementara kau ingin menambah personil kami lagi?" Mereka kini menatapku sinis. Aku meraih bantal guling sembari berbalik badan. Tanpa peduli akhirnya aku acuhkan mereka, para penghuni lemari yang selalu menghujatku.

No comments:

Post a Comment