Thursday, November 15, 2012

Menemuinya


“Aku butuh dia sekarang!” teriakku dalam hati. Bibirku yang tadinya ingin berseru demikian sirna. Aku tak mampu berjalan. Kaki – kaki ini terasa lemah. Kepala sungguh terasa berat. Mata pun berkunang – kunang tak jelas melihat ruangan sekitar. Di ruangan ini hanya ada aku seorang. Aku yang tinggal dalam sebuah kamar kost berukuran kecil kini sedang tak berdaya. Tubuhku lemas terkapar dalam pelukan selimut tebal. Tubuh tak terasa menggigil. Namun setidaknya selimut mampu menyelamatkanku dari dinginnya malam. Pelan – pelan aku mencoba menutup mata. Namun kepala ini tetap saja tak kunjung hentikan berbagai pikiran yang melanda. Aku hanya pikirkan dia. Dia yang selalu aku butuhkan disaat – saat seperti ini. Tapi, kali ini dia tak ada disini. Menenangkanku tuk kembali tidur menyambut mimpi.

“Aaargh…!! Kepalaku mau pecah! Aku tak kuat lagi!!” teriakan hati memaksaku tuk berdiri. Aku sudah tak tahan lagi. Hanya dia yang kubutuhkan saat ini. Perlahan aku melangkah pergi. Keluar dari kamar, menutup pintu, kemudian mengayuh sepeda gayungku. Aku tak peduli sakit yang menerpaku kini. Malam – malam dini hari aku cuek mengayuh demi menemui dia yang kucari. Tampak kanan kiri suasana sudah sangat gelap. Melewati pos kambling tampak para kawanan lelaki muda tengah berjaga. Mereka menggodaku dengan siulan – siulan khas para penggoda. Aku cuek tak pedulikan mereka. Tetap focus mengayuh sepeda demi menemukannya walau ku tau ini malam buta.

Menemukannya tak membutuhkan waktu lama. Lima menit mengayuh aku sudah sampai di tempat tujuan. “Sreeeeet..!” aku tepikan sepedaku di badan tembok sebuah warung. Tampak disana berkumpul para kaum lelaki, baik yang muda maupun yang tua. Mereka tengah fokus menonton bola beramai – ramai sambil minum – minum kopi. Sekilas kulihat mereka memasang muka – muka tegang menatap layar kaca tanpa menyadari kedatanganku yang  bermuka pucat. Aku melihat kedalam dan menemukan ibu paruh baya menyambutku dengan senyuman.
“Beli apa, Mbak?” tanyanya.
“Bodrex ya Bu.” Jawabku.
Akhirnya aku dapat bernafas lega. Kini aku telah temukan dia. Hanya dia yang mampu menyembuhkanku. Aku bergegas menelannya bersamaan dengan segelas air putih yang kuminta dari ibu pemilik warung itu. 

No comments:

Post a Comment