Thursday, November 1, 2012

Sensasi Roller Coaster

Ragu sempat menyelinap kedalam pikiran. Cemas dan was - was ikut berkelakar dalam angan. Rasa takut pun akhirnya muncul seketika tiba di arena permainan yang menurutku sangat menyebalkan ini. Roller coaster menjadi momok ketakutan yang melekat sepanjang hidup. Trauma akan permainan roller coaster masih terbayang dalam ingatan. Namun kali ini, kedua sahabatku tanpa menyerah mereka memaksaku ikut bermain. Kata mereka, ini permainan yang sangat menantang, menguji nyali dan mengakibatkan efek berdebar debar. Ya, aku tau bagaimana rasanya. Aku sudah paham benar sensasi roller coaster ini.
"Ayo! Kita main ini saja..!" seru mereka berdua kegirangan.
Mereka berdua kemudian mendorongku masuk ke arena permainan. "Deg!" jantung seketika berdegup. Terpaksa aku ikuti kemauan mereka walau sebenarnya ketakutanku telah menjalar di sekujur tubuh ini.

Kami bertiga duduk diatas kursi roller coaster. Lagi - lagi jantung ini berdetak tak karuan. Kali ini detaknya begitu cepat dan terasa. Keringat dingin seketika mengalir dari dahi. Mukaku asli pucat pasi. Kakiku bergetar. Sekujur tubuh berkeringat. Mataku berkunang - kunang. Pengaman telah terpasang dengan rapi. Nyaliku menciut menyulutkan segenap ketakutan. "Tidak..!" sebelum permainan dinyalakan aku melepas pengaman lalu turun dari kursi. "Kenapa apa Mbak?" si Penjaga bertanya heran sambil senyum - senyum. Kedua sahabatku tertawa lebar melihat tingkahku. "Belum juga mulai." timpal mereka. Akhirnya aku malu sendiri dan naik kembali keatas kursi.

"Siap..!" seruan si Penjaga disambut anggukan kami bertiga.
"Wusss..!!" Roller coaster mendadak melaju cepat dan kencang. Debaran jantungku makin tak karuan. Keringat makin menjalar, mungkin ikut berterbangan kali ini.
"WOOAAAAAAAA....!!!" teriakkan panjang mulus keluar dari mulut kami bertiga.
"Wuusss..!!" tempat duduk yang kini kududuki bergerak menukik tajam ke kanan dan ke kiri mengikuti lintas rel yang meliuk - liuk. Tiba - tiba, kami dibawa meluncur keatas hampir menabrak pegunungan, lalu menukik tajam meluncur ke jurang, dan meliuk - liuk lagi menerobos goa - goa. Kerudungku terbang namun tidak lepas. Jantung serasa mau copot. Aku beranikan diri membuka mata. Terlihat rel terputus diujung sana. Pikiranku melayang. Entah apa aku berpikir bahwa aku akan benar - benar dekat dengan ajal kini. Mataku terpejam lagi. "Geruak..!" rel bergeser kekanan sedikit dan langsung otomatis bersambungan dengan rel lainnya. Teriakan kami masih saja berkoar menambah ketegangan.

Perutku mual. Namun aku tak bisa berbuat apa - apa. Hanya teriakan dan sesekali menutup mata yang aku lakukan. Aku tak kuat lagi. Ingin segera mengakhiri peramainan roller coaster yang begitu lama ini. Kami dibawa lagi melintas meliuk - liuk memasuki semak - semak hutan, menyusuri lembah sungai. "Wkwkwkkw..!" hampir bersamaan kami tertawa kala cipratan air sungai sempat membasahi muka kami.

"Woaaaaaaaaaa...!!!" teriakan panjang kembali terdengar nyaris putuskan salauran kerongkongan. Roller coaster dengan gila membawa kami pada lintasan melingkar yang menyebabkan kami duduk terbalik dengan letak kepala dibawah. Mataku terpejam lagi. Aku ngeri. Perut makin mual.
"Wuss..!! Drrrrrrtt..!!" perlahan - lahan roller coaster terhenti di tempat memulai permainan tadi. Aku bernafas lega sembari memegang perut.

Kini layar dihadapan kami tampak putih kosong. Kami turun dari kursi dan melepas kacamata yang tadi kami kenakan. Ketika pintu ruangan dibuka, kami keluar dari ruangan. Tampak disana si Petugas tersenyum sumrigah seraya memuji kami, "Wow, teriakannya hebat.! Dimana belajar teriak, Mbak?"

"Seratus lima puluh ribu saja untuk sekali permaianan 5D ini!.." Kami menyodorkan uang pada si petugas, lalu kemudian beranjak pergi dari situ. Kami berjalan dengan tawa lebar dan muka senang. Aku tertawa sembari tetap memegang perut yang mual. 

No comments:

Post a Comment