Wednesday, November 7, 2012

Keluhan Hati


Perlu kau ketahui hidupmu bergantung padaku. Tanpa kehadiranku, kau tak mampu memiliki apa yang kau punya kini. Pertama kali aku masuk kedalam kehidupanmu, kau tampak terpesona menatapku. Bukannya aku sombong. Akan tetapi semua orang pasti setuju akan pancaran pesonaku yang begitu memikat. Berulang kali kau menatapku, berpikir sejenak sampai akhirnya kau pun memilihku. Kau keluarkan amplop berisi segepok lembaran uang merah dan memberikan pada majikanku yang lama. Akhirnya saat itu juga aku resmi menjadi  milikmu. Dan pada hari itu jugalah aku harus bersiap melayani segala perintahmu.

Kau membawaku dengan senyum sumrigah. Menelusuri jalan raya masuk melalui gang - gang sempit nan padat penduduk. Jalan yang tak mulus membuat kita terjungkal - jungkal dengan mesra. Setibanya di lokasi aku merasa kecewa. Rumahmu tak terawat dan sempit. Hanya seukuran sepetak tanah berisi satu kamar tidur dan kamar mandi. Tak seperti majikanku yang lama. Rumahnya lumayan luas tapi tetap sederhana. Ya sudahlah, ini sudah menjadi nasibku barangkali. Ikut denganmu walau terpaksa.

Pagi hari keesokan harinya, kau mengajakku ke depan ujung gang dekat trotoar jalan. Kita berdiri berdampingan. Aku tak tahu apa yang kau lakukan. Kau berdiri sembari menyapa para turis yang lalu lalang. Kau tersenyum ramah pada mereka, lalu berbicara bahasa mereka, sampai akhirnya kau tersenyum puas pada saat akhirnya ada seorang laki - laki bule yang memberimu selembar uang berwarna biru. Kemudian kau menyodorkan diriku padanya untuk dibawa. Hah, aku sempat merasa heran, sebenarnya transaksi apa ini. Namun kau hanya tetap tersenyum melepaskanku pergi bersama bule lelaki itu. Aku pun pasrah menuruti. Ternyata pekerjaanku kini tak senyaman pekerjaan yang diberikan majikanku terdahulu.

Setiap hari kau selalu mempekerjakanku seperti ini. Menyewakan aku untuk menemani para wisatawan yang kebanyakan bule untuk bersenang - senang. Kau jadikan aku lahan pengumpul hartamu. Pelangganmu tak hanya para lelaki, namun terkadang para wanita ikut menikmati. Aku pasrah saja menghadapi ini. Sepanjang hari aku melayani satu persatu secara bergantian para turis yang ingin menghibur diri. Suaraku yang merdu. Kelincahan mesin tubuhku dalam berlari, serta penampilan luarku yang cantik benar - benar memuaskan hati mereka. Para pemakai diriku yang lembut, akan dengan lembut menyentuhku, mengajakku dalam tawa dan aneka petualangan. Tetapi, kebanyakan dari mereka bermain secara kasar. Dengan membabi buta mereka menelangsakan aku disetiap arena petualangan mereka. Betapa mereka membuatku mati secara perlahan. Betapa aku tersiksa dengan pekerjaan ini.

Sebenarnya aku sudah lelah, aku tersiksa, namun kau telah merawatku dengan penuh teliti. Membawaku ke salon sebulan sekali. Dan mengobati salah satu anggota tubuhku ke dokter spesialis jika aku terluka akibat ulah mereka. Sebenarnya aku muak dengan ulah kekasaran mereka. Sebenarnya aku sudah ingin berkeluh kesah. Sampai pada akhirnya nyaris setahun kemudian kau datang membawa pesaingku. Kau bawa ia yang lebih keren dan cantik bersanding disebelahku. Kilauan pancaran tubuhnya kuakui lebih baik dariku. Sempat ada rasa iri terlintas dalam hati. Saat itulah aku mulai mengambil sikap dihadapan calon pelanggan. Aku tak mau kalah oleh milikmu yang baru. Aku mau tunjukkan padamu bahwa aku lebih banyak bisa mendatangkan uang daripada dia. Namun apa yang terjadi bukanlah yang kuharapkan. Kala itu laki - laki berdarah Indonesia yang harus kulayani. Berselang beberapa menit belum sempat aku layani, ia menelponmu dari tempat kami terhenti.
"Bli Wayan, bagaimana ini? Ban Motor yang saya sewa ini kempes tiba - tiba."  
"Lokasi dimana? Biar saya susul sekarang." jawabmu dari seberang telpon.
Lima menit kau datang. Langsung menuntunku pergi menuju ke tempat dokter spesialisku tinggal, yakni bengkel motor.

No comments:

Post a Comment