Thursday, November 15, 2012

Kaki - Kaki Penyiksa


Mereka tak pernah tau betapa selama ini aku menderita. Mereka perlakukan aku semena – mena. Menendangku  sekuat tenaga. Menggunakan kaki – kaki mereka yang terbungkus sepatu, bak sepatu yang terbuat dari kulit baja. Tendangan mereka sungguh keras. Membuatku sejenak melambung ke angkasa kemudian terhempas jatuh ke tanah. Mereka berlarian mengejar arah angin yang membawaku terbang. Menunggu hingga ku jatuh terjembam dihimpitan kaki – kaki mereka lagi. Begitu seterusnya. Hingga pantaslah bila kusebut mereka dengan sebutan kaki – kaki penyiksa. Mereka tidak hanya menyiksaku dalam berbagai jurus tendangan, tetapi mereka juga terkadang menyundulku dengan kepala – kepala mereka. Penyiksaan terhenti sejenak kala tubuhku menghantam tubuh salah satu dari mereka yang selalu berdiri menanti kehadiranku. Ia yang selalu berdiri menantiku berusaha menyelamatkanku agar tak masuk menembus kandang mereka. Kadang ia berusaha merangkulku dalam pelukan mereka, kadang pula mencoba menangkisku hingga membuatku melambung kembali bertempur menahan kaki – kaki penyiksa.

Tak peduli hujan yang menerpa, maupun panas yang mengengat. Walau air hujan ikut pula membasahi sekujur tubuh mereka, walau keringat mengucur melalui sela – sela baju mereka, tetap saja mereka beraksi tanpa rasa peduli. Luka memang terasa begitu menyiksa. Tapi, apadaya aku hanya bisa pasrah menerima kelakuan mereka. Ingin ku berteriak, “Jangan siksa aku! Hentikan semua ini.!” Namun teriakan itu tertelan dalam hati. Sakit yang kurasa menenggelamkan keberanianku tuk berkata. Sekumpulan kawanan mereka benar – benar tak dapat kuhentikan seorang diri. Mereka akan bersorak gembira kala aku jatuh terjembab melewati batas pintu kandang tim lawan. “Goool… !!” sorakan khas mereka nyaring terdengar. Disaat seperti itulah aku bisa bernafas sejenak, namun penyiksaan tetap berlangsung tak berselang semenit kemudian. Penderitaan benar – benar terhenti bila peluit panjang berbunyi pertanda pertandingan telah usai. Saat itulah ku kan tenang. Berkumpul kembali bersama kawananku. Kawanan bola – bola yang telah menjadi kotor berhiaskan lumpur maupun kotoran.

No comments:

Post a Comment