Tuesday, November 6, 2012

Kawanan Kami

Kami terbiasa hidup begini. Tinggal di lorong - lorong, dekat pembuangan sampah, serba kumuh dan kotor. Rumah kami bisa dibilang sangat jorok. Tak banyak orang yang akan mau tinggal disini. Apalagi jika mencium bau sampah disini. Memang, kami tak pernah merasakan tidur beralaskan kasur mewah nan empuk. Namun kami harus bertahan disini. Asal kami bisa mencari makan sendiri demi kelangsungan hidup kami. 

Kegiatan kami sehari - hari adalah berburu makanan yang kami temukan. Di dekat pembuangan sampah itu, mau tidak mau kami harus berjuang mencari sesuatu untuk dimakan. Beruntunglah bila kami mendapatkan makanan lezat, walaupun itu makanan sisa. Tapi, kadang kami harus kecewa karena yang ada hanya tumpukan sampah plastik dan dedaunan yang ada disana. Bila hal itu terjadi, maka kami berkelana menyusuri  pinggiran sawah para petani diujung jalan sana. Itulah satu - satunya harapan kami. 

Dari pinggiran sawah, kami beramai - ramai mengintai. Berharap tak ada yang mengawasi. Jika dirasa aman, kami mulai beraksi menyerbu tanaman yang ada disana. Kami memakan apa yang tersedia. Menggali tanah, mengambil hasil cocok tanam para petani. Setelahnya, kami kabur berlarian. Maka di hari kami berhasil menjarah milik petani itulah hari kemakmuran bagi kelompok kami. Seperti itulah kami. Tak peduli jika apa yang telah kami lakukan merugikan para petani. Mau bagaimana lagi, inilah hobi kami. Kawanan tikus yang sangat dibenci petani. Ya, kami memang tikus yang hobi mencuri, hidup di pemukiman kumuh dan merugikan para petani. Akan tetapi, bukankah tidak ada bedanya kami dengan mereka? Mereka yang hobi mencuri uang rakyat, hidup di pemukiman serba mewah dan lebih merugikan rakyat negeri ini. Ya, kami tak berbeda dengan mereka, para tikus berdasi yang masih berkeliaran hingga kini.

No comments:

Post a Comment