Monday, December 3, 2012

Pasukan Merah

Dia menampakkan wajahnya penuh amarah. Senyum tak pernah terlihat dari raut mukanya. Alisnya selalu mengerut kebawah. Bibirnya selalu tampak manyun runcing kedepan. Matanya selalu tampak serius. Tak pernah kulihat wajah cerianya.

Kini aku bersama dirinya. Dia mengajakku ikut terjun kedalam pertempuran. Aku menjadi pendukung pasukannya. Teman - teman seperjuangannya telah siap dengan aneka kostum yang beragam. Beberapa ada yang berseragam merah persis sama seperti apa yang ia kenakan. Beberapa juga ada yang berseragam biru, kuning, putih, hitam, juga abu - abu. Kostum warna warni mereka menyemarakkan suasana pertarungan yang semakin tegang. Semangat perjuangan terdengar dari suara nyanyian perang mereka. "Hiya.. Hiya..!" suara - suara mereka bergemuruh membangkitkan semangat tempur didalam dada.

Di arena pertarungan babak pertama, aku dibantu tiga pasukan dari kawanan mereka yang berseragam merah. Mata mereka menyala. Sebagai pemegang ketapel raksasa, aku menjadi penentu kemenangan mereka. Maka, aku berusaha keras tak ingin mengecewakan mereka. Kuperhitungkan sudut arah ketapel harus kuarahkan kemana nantinya agar tepat mengenai rombongan musuh di depan sana. Mataku waspada mengintai target musuh. Salah satu pasukan merah sudah siap menjadi peluru. Sementara pasukan merah lainnya telah menanti dibelakang menunggu giliran. Kupincingkan mata sembari siap menarik tali ketapel berisi salah satu pasukan merah. "Cetaaaar..!" Pasukan merah pertama melambung tinggi ke angkasa setelah kutarik kencang tali ketapel. Ia kemudian jatuh mengenai beberapa kawanan musuh, terguling - guling merobohkan sebagian bangunan tempat markas musuh tinggal. Beberapa musuh berwajah bulat berlubang hidung besar, dengan kostum berwarna pink disana berhasil dilumpuhkan. "Hiya..! Hiyaaa...!" spontan suara - suara kemenangan pasukan merah berdendang.

Kulihat tinggal tiga pasukan musuh lagi yang masih tersisa. Kulakukan strategi yang sama lagi. "Cetaaar.. !" kali ini salah pasukan merah kedua melambung jatuh tersungkur merobohkan sebagian lagi bangunan. Namun, tidak berhasil melumpuhkan habis lawan. Kini pasukan merah terdiam. Hanya kesunyian yang kudengar. Aku merasa bersalah. Kususun stategi lebih matang. Kali ini aku harus berhasil. Pasukan merah ketiga ini adalah terakhir yang kupunya. Kutarik dengan kuat - kuat tali ketapel begitu strategi sudah siap. Akan tetapi ketika tanganku hendak melepaskannya, tiba - tiba semua menjadi gelap.
"Jiaaaaah...!" spontan aku berteriak menatap layar hitam diatas meja.
"Lha, kenapa?" tanya temanku yang sedari tadi sibuk bercengkrama bersama blackberry miliknya.
"Baterai drop, Man..!" kataku seraya menunjuk talenan canggih dihadapanku.
"Hihihi.. Angry Bird nya tadi sampai level mana? " ia kemudian bertanya sembari terkekeh mengejekku.

No comments:

Post a Comment