Sunday, December 2, 2012

Larut Malam

Tiba - tiba aku terbangun pada malam yang masih larut. Tubuhku terasa lemas. Mataku terbuka menatap atap kamar yang masih gelap. Sekujur tubuh terasa berpeluh keringat. Bukan hawa dingin yang terasa, melainkan rasa gerah menyelimuti suasana malam kali ini. Tenggorokanku terasa kering. Rasanya aku terserang dehidrasi tingkat tinggi. Dan aku butuh segelas air. Maka, aku pun berusaha duduk sejenak diatas tempat tidur, baru kemudian mencoba berdiri menghidupkan saklar lampu di dekat pintu kamar. Dengan badan lunglai aku menggerakkan kenop pintu kemudian pergi melangkah keluar dari kamar.

Walau mata ini terkantuk - kantuk, aku berusaha berjalan perlahan dalam ruang gelap seraya meraba tembok. Aku berhasil lolos melewati ruang tamu menuju ruang dapur. Kubuka kulkas dan kurasakan betapa dahsyatnya hawa dingin yang menyambar tubuhku. Seketika tubuhku menjadi kering. Hawa sejuk menyegarkan menelusup ke pori - pori kulit.
"Glek.. !" Perasaan lega langsung mengalir membasahi kerongkonganku yang kering. Air dingin dari botol di kulkas meluncur mulus melalui mulutku.

Setelahnya pandanganku beralih pada penghuni kulkas yang lain. Mataku kini tak berkekuatan lima watt lagi, namun sudah terbuka lebar ketika kulihat makanan kesukaanku bertenger manis disana. Panggilan rayuannya tak terelakan telah menggoda hasrat ingin ngemilku yang tak terkendali. Kusobek balutan baju yang membungkus tubuhnya. Kudapati tubuhnya yang padat berwarna coklat makin menggoda dan menggiurkan lidah. Segera saja kugigit dan kutelan tubuh mungilnya. 
"Nyam.. Nyam.." segigit dua gigit coklat perlahan kunikmati sensasi kelezatan rasanya.

"Maling..! Maling..!" kudengar suara Ibu berteriak mengagetkanku. Aku buru - buru menutup kulkas kemudian berlari sembari menggenggam sisa coklat. Aku berlari kearah bayang - bayang ibu yang pada saat itu kulihat sedang berdiri di depan pintu kamar mandi dekat dapur. Namun Ibu malah berlari ke ruang tengah menjauh dariku sambil berteriak kembali, "Maling..! Maling..!" Aku menyusulnya berlari dengan perasaan takut ditamabah lagi jantung kini berdegup.
"Ada apa Bu?" Ayah yang baru keluar dari kamar bertanya pada ibu setelah menghidupkan lampu di ruang tengah. Mata ayah langsung waspada.
"Itu, maling tadi kulihat di dapur." jawab Ibu dengan nafas tersenggal - senggal.
Jantungku yang tadinya berdegup kencang akhirnya menyurut seketika mendengar pernyataan Ibu.
"Itu aku, Bu." pernyataanku lantas disambut gelak tawa Ayah yang membahana.

No comments:

Post a Comment