Monday, October 22, 2012

Beli Sisir

Renna berkaca sembari mengeringkan rambutnya yang basah. Ia baru saja selesai keramas pagi itu. Seperti biasa rambutnya akan tampak lurus sehabis keramas. Ia pun senang dengan tampilan rambutnya yang kini rapi. Ia kemudian kenakan kemeja panjang dan celana jins. Pakaian itu selalu menjadi kostum sehari - harinya untuk bekerja. Beruntung di kantornya tak mewajibkan kariyawannya untuk mengenakan rok, maka ia bisa dengan bebas menggunakan celana jins yang selalu menjadi andalannya dalam berpakaian.

Usai rutinitas berpakaian, ia memperhatikan rambutnya di cermin. Rambut yang masih basah ia sisir sebenatar. Merasa sudah rapi, ia membuka pintu kamar dan menutupnya kembali. Ia menuju meja makan dan siap menyambar sepiring nasi goreng buatan Emaknya yang telah bertenger cantik diatas meja. Kunyahan demi kunyahan ia nikmati santapan hingga akhirnya sepiring nasi goreng tersebut habis tanpa sisa.

Jam menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh menit. "Assalamualaikum..!!" ia mengucapkan salam pada Emaknya yang sedang bersantai di teras depan. Ia pun melenggang pergi bersama vespa abu - abu yang biasa ia kenakan sehari - hari.

Tiba di kantor, ia dijegat oleh sang Supervisor atasannya.
"Renna, tolong antarkan paketan ini ke kantor pos ya!" 
"Siap Bu..!" 
Ia kemudian kembali ke parkiran. Ia hendak memakai helm kemudian tak sengaja berkaca pada spion vespanya. Tampak disana ia menyadari rambutnya kini sudah kering tak beraturan. Namun ia cuek langsung kenakan helm lalu melaju pergi kembali bersama vespanya.

Sial sekali hari itu kantor pos tampak ramai. Ia taruh helm diatas vespa, kemudian berjalan masuk seraya membawa satu kardus paketan berisi dokumen. Antrian di dalam cukup panjang. Untung saja masih ada tempat duduk kosong yang bisa ia duduki. Sembari menunggu ia mengambil headset dan handphone, memutar lagu kesukaannya.

Sekitar tiga puluh menit berlalu. Giliran nomor antriannya dipanggil kini. Ia pun berjalan ke kasir depan.
"Silahkan ditimbang dulu, Mbak.!" perintah seorang Bapak dari balik meja kasir itu. Ia menaruh paketan pada timbangan tersebut. Pak kasir kemudian melirik angka pada timbangan tersebut, kemudian matanya tertuju pada layar komputer.
"Tiga kilo ya Mbak, dikirim kemana?" tanyanya.
"Aceh Pak! Ini alamatnya.." ia memindahkan paketan itu dan menunjukkan alamat tujuan yang telah tertulis dan tertempel pada kardus bagian depan.
"Baik. Isinya apa?" lanjutnya kemudian sembari mengetik di komputer.
"Dokumen, Pak." jawabnya.
"Wah, jauh sekali kirimnya." komentar si Bapak sambil masih asyik memasukkan data di komputer.
"Hehe, ia Pak, cabang kantor jauh."
"Biayanya seratus tiga puluh sembilan ribu ya." kata si Bapak kemudian seraya menyodorkan invoice padanya. Reena mengambil uang dari kantong celana jins kemudian ia berikan pada si Pak kasir.
"Ini kembaliannya. Terima kasih ya." Pak kasir memberi uang kembalian disertai senyum manis.
"Ya, terima kasih." sahutnya.
Reena hendak melangkah pergi, namun tertahan oleh ucapan si Bapak Kasir.
"Mbak, nanti pulang dari sini beli sisir ya." kata si Bapak sambil tersenyum nyegir. Renna pun tersenyum nyengir kemudian bergegas pergi dari situ.
"Sialan tuh Pak pos.!" batinnya dalam hati.

No comments:

Post a Comment