Tuesday, October 23, 2012

Gadis Penumpang Bus


Aku duduk disitu. Di halte menanti bus yang kutunggu. Kuputar mp3 yang aku taruh disaku. Sembari menunggu, mp3 itu pun berlagu. Sesekali hentakan kaki ini mengikuti irama yang mengalun. Mencoba hilangkan penat yang sampai ke ubun - ubun. Lumayanlah suara musik menghibur walau bibirku masih sedikit manyun. Lelah memang terasa. Menanti bus yang lama sekali tiba. Memang aku tak sendirian disana. Ada ibu - ibu paruh baya duduk dengan terkantuk - kantuk. Kakek - kakek lansia dengan cucunya yang masih belia. Pria berdasi yang berdiri diujung tiang halte seraya memainkan hanphone. Dan aku sendiri, seorang pelajar yang baru pulang dari kuliah duduk dengan muka tertekuk. 

Lagu yang sedari tadi kuputar tiba - tiba menghilang. Lagu milik band Slank yang terakhir kudengar tersendat ditengah jalan. Oh ternyata baterai mp3-ku koma. Alhasil, kini aku aku hanya diam tak bersuara. Tak ada hentakan kaki yang sesekali berdentum. Tak ada nyanyian hati yang ikut melantun. Namun kini, hanya suara - suara bising terdengar. Suara klakson - klakson kendaraan terdengar hingar bingar. Suara - suara knalpot truk - truk besar, mobil - mobil pribadi dan sepeda motor juga ikut meramaikan. Asap yang mengepul tak dapat dipungkiri menjadi penyemarak hiruk pikuk jalanan. Akhirnya polusi tak terhindarkan bahkan terus mengalami peningkatan.

"Wuss..!!" suara pintu bus terbuka. Akhirnya hatiku lega. Kelelahan sehabis kuliah serta menanti bus yang lama sirna juga. Kami yang ada di halte satu per satu memasuki bus kota setelah beberapa orang keluar dari bus. Keadaan di dalam bus sedikit mendinginkan hati. Cuaca panas diluar berubah adem dan nyaman di dalam bus ber-AC ini. Aku pilih tempat duduk paling belakang. Karena hanya disitulah tempat duduk yang tersisa.

Dua puluh menit kemudian bus berhenti pada halte berikutnya. Penumpang yang duduk disebelahku yang kini keluar. Sedikit penumpang yang baru datang. Hanya ada dua orang kulihat. Seorang remaja laki - laki memakai seragam SMA dan seorang gadis. Seketika aku terpana melihat gadis itu. Wajahnya mempesona. Matanya memancarkan cahaya. Hidungnya mancung bak hidung orang timur tengah. Bibirnya seksi seperti bibir Angelina Jolie. Pipinya tirus nan mulus. Tubuhnya tinggi nan langsing. Kulitnya hitam namun eksotik, kencang nan segar. Rambutnya hitam keriting terurai panjang. Pakaiannya sopan menggunakan kemeja dan celana panjang. High heels yang ia kenakan semakin membuat tubuhnya jenjang. Tas selempang terselampir dibahunya. Ia berjalan dengan anggun seraya menyebarkan pandangan berusaha mencari tempat duduk yang tersisa. Ia berjalan menuju kearahku. Tepatnya kearah tempat duduk disebelahku yang kosong. Seketika sekujur tubuhku kaku membeku. Jantungku berdegup tak menentu. Aku tak bergerak. Matanya kini menatapku. Ia tersenyum padaku. Kubalas senyumnya walau aku tahu terasa kaku. Hatiku melayang dibuatnya. Ketar - ketir perut tambunku bergoyang. Keringat seketika mengucur tak terhalang.

Ia tiba di depanku, bersiap mengambil tempat duduk disebelahku. Kini aku dapat dengan jelas melihat wajahnya. Namun ia tidak langsung duduk disebelahku. Ia membungkuk dihadapanku seraya berkata. "Gendut"
Aku terkejut. "Kurang ajar benar gadis ini" pikirku.
"Hi Gendut!"
Lagi - lagi ia mengataiku dengan sebutan itu.
"Cepat bangun!"
Lah, kali ini ia berseru menantangku. Wajahnya berkerut dan menunjukkan amarah yang tak terduga.
Dahiku berkerut. Aku tak mengindahkannya.
"Plak!" ia menampar pipiku yang cubby dengan keras.
"Adoooow..!!!" aku mengaduh dengan lantang.
Pipiku kesakitan, mataku berkunang - kunang. Aku lihat gadis berseragam SMA kini didepanku. Bukan gadis berpenampilan anggun nan eksotik itu. Gadis itu ternyata adik perempuanku. Dengan muka sangar ia berdiri menatapku yang kesakitan.
"Cepat bangun Genduuuut..!!" Ia berseru lagi sembari melemparkan bantal kearah mukaku. Untung saja aku langsung menghindar.
"Dasar kebo..!" Ia akhirnya melenggang pergi keluar dari kamarku.

No comments:

Post a Comment